Menyibukkan Diri Dalam Hal-Hal yang Bermanfaat
Sep 9, 2014
Assalamualaikum PHICARTAS,
“Dari Abu Hurairah r.a. ia berkata : Rasullullah saw. Bersabda: 'Sebaik-baik islam seseorang ialah orang yang meninggalkan apa yang tidak (harus) menjadi perhatiannya’. Dalam riwayat lain : ‘Sebaik-baik iman seseorang ialah orang yang meninggalkan apa yang tidak (harus) menjadi perhatiannya’. Dalam riwayat ketiga : “Sesungguhnya sebaik-baiknya keislaman seseorang ialah sedikit bicara tentang hal yang tidak (harus), menjadi perhatiannya”(HR. Tirmidzi dan ibnu majah).
Hadist nabi ini memberikan pendidikan tentang sopan santun, mendidik perasaan halus, etika pembicaraan dan tingkah laku yang baik. Di samping itu memberikan pendidikan tentang kesungguhan dalam hidup, mementingkan kewajiban yang bermanfaat bagi dunia dan akhirat.
Andaikata kita memperhatikan hadist ini dan menjadikannya pedoman dalam pergaulan sehari-hari, maka kita sibuk dengan urusan kita sendiri yang bermanfaat dan akan meninggalkan hal-hal yang dilarang oleh agama. Hal ini akan memperkuat hubungan baik, kasih sayang dan persaudaraan antara sesama manusia. Para ulama menganggap bahwa hadist ini merupakan kaidah akhlak yang tinggi. Muhammad Abu Zaid berkata:
Kuat dan lemahnya akhlak seseorang dapat dinilai dari empat buah hadist berikut ini :
1. “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka
hendaklah ia berkata baik, kalau tidak diamlah”.
2. “Sebaik-baik islam seseorang, orang yang meninggalkan apa yang tidak (harus) menjadi perhatiannya”.
3. “janganlah kamu marah”.
4. “orang mukmin itu mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri”.
Dalam kitab hadist Ibnu Hibban diterangkan, bahwa orang yang berakal hendaknya membagi-bagi waktu dengan hal yang bermanfaat, yakni : waktu untuk bermunajat kepada allah, waktu untuk mawas diri, dan waktu untuk dipergunakan dalam memenuhi kebutuhan jasmani.
Orang yang menggunakan akalnya, tidak berusaha kecuali dalam tiga perkara:
1. Menabung bekal untuk alam baka, alam akhirat.
2. Bekerja dengan baik untuk keperluan hidup di dunia.
3. Bersenang-senang dengan yang halal.
Dalam hadist itu juga disebutkan bahwa orang yang berakal akan mengerti zamannya, akan memelihara lisannya, dan akan memperhitungkan antara ucapan dengan amal perbuatannya, wallahu a’lam.
Mari PHICARTAS kita sama-sama menyibukkan diri/waktu kita untuk hal-hal yang bermanfaat sehingga membentuk akhlak yang kuat.
Sumber : Risalah jum’ah No.534
http://phicarta.com/
http://phicarta.blogspot.com/
follow us on Twitter : @phicarta
instagram : phicarta
- Posted by Unknown
- at 8:20 PM
- Labels: Article
- Location: Bandung, Bandung, West Java, Indonesia
- Email ThisBlogThis!Share to XShare to Facebook
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment