Search

Berdoalah. . .


Assalamualaikum,


Halo Phicartas, apakah anda termasuk orang yang suka berdoa? Kali ini artikel Phicarta akan membahas tentang pentingnya doa dalam kehidupan seorang muslim.

Bagi seorang muslim, doa merupakan senjata pamungkas untuk menyelesaikan berbagai problematika dalam kehidupan. Dalam pencarian solusi atas sebuah persoalan, seorang muslim biasa menggunakan dua saluran: saluran vertikal dan horizontal. Saluran vertikal berasal dari bumi (manusia) ke langit (Allah) yang dilakukan melalui doa atau istijabah. Dari langit, Allah kemudian menurunkan pengabulan-Nya ke bumi sebagai jawaban yang biasa disebut ijabah. Saluran horizontal dilakukan melalui upaya penyelesaian masalah dengan mengerahkan seluruh kreativitas dan usaha maksimal untuk membuka persoalan yang dihadapi.

Apa itu Doa?

Doa adalah salah satu sarana langsung seorang hamba kepada Sang Khalik. Dengan demikian ia harus tahu tentang apa dan bagaimana cara ia berdoa agar diterima dan didengar. Selanjutnya upaya ini diharapkan menghasilkan apa yang diharapkan sesuai dengan materi doa yang dipanjatkan.

“Addu’au huwat tholaab” (Doa itu adalah permohonan). Maksudnya adalah permohonan dari yang “adna” atau sangat rendah (manusia) kepada yang “a’la” atau Mahatinggi kedudukannya (Allah) dalam bentuk ucapan, di dalam hati atau dilisankan. Di dalam islam, pada kenyataannya doa itu terbagi menjadi dua macam, yaitu doa yang berisikan pujian dan sanjungan kepada Allah swt.serta doa yang berisikan permohonan. Doa yang berisikan pujian disebut du’au tsana’ dan doa yang berisikan permohonan disebut du’au sual.

Doa pujian, tentu saja isinya tidak akan lepas dari nama-nama Allah yang Mahatinggi, yaitu Al Asma’ul Husna.

‘Katakanlah (wahai Muhammad); Serulah nama “Allah” atau nama “Ar Rahman”, yang mana saja kamu serukan (dari kedua nama itu adalah baik belaka), karena Allah mempunyai banyak nama-nama yang baik serta mulia. Dan janganlah engkau nyaringkan bacaan doa atau salatmu, juga janganlah engkau perlahankannya, dan gunakanlah saja satu cara yang sederhana antara itu.’ (Q.s. Al-Isra:110)

Dari Abu Huraira R.a bahwasannya Rasulullah saw.bersabda, “Sesungguhnya Bagi Allah ada Sembilan puluh Sembilan nama, Ia memberi seratus kecuali satu, barang siapa yang menghitungnya niscaya akan masuk surga”. H.r Al-Bukhari

Allah swt. yang Maha Mendengar dan Maha Mengijabah doa, Dia yang menentukan doa apa dan kepada siapa ijabah itu akan diberikan. Pada intinya, doa itu merupakan ibadah seorang hamba kepada Allah swt. sehingga berdoa itu harus sering, banyak dan langsung tanpa melalui perantara, itulah munajat.

Berdoa itu Ibadah

Yang dimaksud ibadah disini adalah bahwa seorang hamba ketika mengajukan suatu permohonan, yang pertama-tama dilakukannya adalah meyakini bahwa sebagai hamba ia mengakui bahwa dirinya lemah dan fakir (teramat butuh), sedangkan allah itu Mahasuci dan Mahabersih dari segala sifat kefakiran dan kelemahan. Ia Mahakaya untuk mengabulkan setiap permohonan dengan tepat dan selalu benar karena kemahatahuan-Nya. Selanjutnya meyakini bahwa dari doa itu bukan hanya sekedar mengharapkan ijabah, tapi terlebih dahulu mengharapkan pahala di akhirat.

Umat islam dharamkan untuk putus asa, senantiasa hidup dihiasi harapan-harapan yang benar, objektif, dan realistis. Ia mengerti bahwa hidup begitu jelas sasaran dan tujuannya. Bahkan semestinya telah jelas baginya akhir atau ujung dari kehidupan ini. Itulah sebabnya, semestinya ia telah mengetahui apa yang wajib diharapkan lalu dimohonkan ijabah-Nya dan apa yang hanya sebatas kelayakan atau kepatutan. Semua ini akan menjadi sebab utama ketidakgamangan atau menjadi sumber frustasi karena meyakini bahwa dirinya dikasihi oleh yang Mahakuasa yang Maha Pengasih dan senantiasa memilihkan yang terbaik untuk dirinya pada saat yang paling tepat.

Doa Senjata Kaum Muslimin

Dalam sebuah hadis dikatakan, “Addu’a’u silahul mu’min (Doa itu senjatanya kaum mukmin) H.r Al-Hakim, Al mustadrok’alash shohihaen, I:344. Musnad Abu Ya’la Al Mushili, 111:346

Ini merupakan analogi yang sangat tinggi nilainya dalam kandungan ajarannya. Artinya layaknya satu senjata, pada suatu ketika bisa tumpul, rusak, macet dan terjadi hambatan-hambatan lainnya. Barangkali cukup tepat ketika orang mengatakan, “Man behind the gun”, apapun jenis senjata, bergantung kepada si pemegang kekuasaan atau pengguna senjata tersebut. Ini artinya bahwa suatu ketika doa kita dapat menjadi bagaikan senjata yang tumpul atau tidak berguna sama sekali pada saat ketika sangat dibutuhkan. Dapat juga senjatanya tetap tajam atau berfungsi dengan baik, tetapi pada saat si pengguna membawanya dengan pikiran yang kacau dan hati yang frustasi dapat saja hal itu membahayakan orang lain atau dapat juga menjadi senjata yang makan tuan.

Seseorang berdoa tetapi bertambah dosa, ia berdoa tetapi bertambah celaka. Sama juga orang yang memohon kebaikan dan keselamatan tetapi ia tidak mau menyadari kesalahan-kesalahannya. Demikian pula yang menyadarinya, tetapi tidak berusaha mengubahnya dan menggantinya dengan kebaikan-kebaikan. Selain dapat sia-sia dapat juga membinasakannya. Nadzubillahi min dzalik

Musuh manusia itu ada dua macam; dirinya sendiri dan orang lain. Dirinya sendiri adalah hatinya, hatinya adalah bisikan-bisikan syetan yang senantiasa membawanya ke jurang kenistaan, dosa, dan kecelakaan. Bila manusia tidak mampu melawan dirinya sendiri, bagaimana ia dapat melakukan perlawanan terhadap orang lain. Seperti orang yang tidak pandai mencintai dirinya sendiri, yaitu untuk senantiasa membawanya kepada keselamatan dan ridho Allah swt.bagaimana mungkin dapat mencintai orang lain dengan sejatinya dan dengan cara yang haq.

Dengan demikian, doa akan senantiasa menjadi senjata kaum mukmin yang sangat ampuh lagi tepat guna, selama kita sebagai hamba senantiasa berusaha menjauhi dosa.

Sumber: "Ada apa dengan doa kita", Wawan Shofwan Shalehudin
Visit: http://phicarta.com
Twitter: @phicarta
Instagram: phicarta

No comments:

Post a Comment

© Phicarta 2014. All Rights Reserved.